TANJUNGPINANG (SK) — Pada Pertemuan Penyair Nusantara yang diselenggarakan di Gedung Gongngong selama dua hari, yakni dari tanggal 16 hingga 17 Desember 2016, selain mengeratkan hubungan antara penyair se-Nusantara, juga melepaskan rindu karena banyak dari beberapa penyair yang sudah lama tidak bertemu.
Diantara penyair itu ialah Husnizar Hood dan dua orang penyair Riau, yakni Tyas AG dari Dumai dan Herman Rante dari Unilak Riau, yang berkolaborasi secara spontan di akhir acara, pada Sabtu, (17/12/2016), malam.
Keunikan ketiga penyair ini adalah dimana masing-masing penyair membawakannya dengan 3 (tiga) dinamika yang berbeda. Dimana Tyas AG menampilkan suasana yang lucu dan kocak secara spontan, yang membuat para penonton menahan perutnya, karena terlalu banyak tertawa, tidak terkecuali Ketua Yayasan Jembia Emas Rida K Liamsi yang juga hadir.
Lain halnya lagi dengan Herman Rante, yang membawakan puisi Almarhun Ibrahim Satah, penyair asal Tarempa, yang judulnya Sansauna. Dimana, Herman membaca dengan nada lirih, sedangkan Husnizar menimpanya dengan warna yang keras, lantang, dan tegas, dengan puisi yang berjudul “Lanun” menutup penampilan mereka, yang disambut tepup tangan dari penonton.
Penasaran dengan puisi yang dibacakan Oleh Huznizar, Sijori Kepri bertanya akan maksud secara umum puisi Lanun itu.
“Puisi judulnya Lanun..jadi maksudnya pejabat jangan jadi lanun, jangan juga bersifat lanun, nanti rakyat bisa jadi lanun juga,” papar peraih penghargaan Jembia Emas 2016 itu. (SK-MU/C)
Tags:
No Responses