LINGGA – Tokoh Pemuda Lingga, Yusri Mandala, mendesak pihak kepolisian di wilayah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri untuk menindak tegas penyebar berita hoax dan fitnah karena jelas telah membuat gaduh wilayah Bunda Tanah Melayu.
“Ulah oknum wartawan dari Tanjung Pinang mengobrak-abrik Kabupaten Lingga dengan narasi bernada hoaks, tidak jelas narasumber bahkan tidak ada berimbangnya. Apakah itu karya jurnalistik,” ungkap Yusri Mandala, melalui rilis resminya, pada Sabtu 26 Oktober 2024.
Yusri mengutuk keras oknum pembuat berita bohong dan fitnah yang semua pejabat di Lingga disebut korupsi seperti Sekwan Lingga, bahkan fitnah sampai ke istri Bupati Lingga.
Menurutnya, negeri ini ada aturan mainnya, tidak menggiring opini sesat seolah semua orang salah. Tanpa ada data riil dan sumber kompeten, karena membuat resah banyak pihak dan masyarakat Lingga sendiri karena disuguhkan narasi bohong.
“Kami tahu oknum wartawan itu tidak ada di Lingga, tapi tinggal di Tanjung Pinang. Datang sesekali ke Lingga hanya membuat resah banya pihak saja,” tegasnya, terutama warga Pancur.
Yusri mengaku bahwa selama ini kerap mendapat laporan, dari masyarakat Pancur dan sekitarnya mengeluh terkait hadirnya oknum wartawan tersebut di wilayahnya sering terjadi pemberitaan yang tidak tentu pasal dan terkesan asal-asalan dalam penulisan.
“Saya pastikan kami Melayu Lingga menyambut siapapun yang hadir di wilayah Bunda Tanah Melayu ini, apa lagi jika untuk mencari makan di kampung kita, kita selalu sambut dengan baik karena kita orang melayu lebih mengedepankan sopan santun tata kerama dan adab selalu kita kedepankan,” paparnya.
Tapi, jika hadirnya mereka yang dari luar ingin mengganggu kenyamanan dan membuat keresahan bahkan terjadi keributan seperti beberapa hari lalu di Hotel Winer Pancur, sebagai warga Pancur sangat marah dan tidak pantas orang dari luar terjadi keributan.
Melalui rilis resminya Mandala juga menyinggung terkait aksi spontanitas Sekwan Lingga ke oknum wartawan saat bertemu di Pansur. Menurut Mandala, aksi spontanitas Sekwan Lingga itu banyak saksi melihat langsung.
“Sepontanitas yang Bung Safar lakukan itu sebagai bentuk budak Melayu lebih mempertahankan Marwah, meski harus mengorbankan nyawanya sendiri. Itu lah yang dilakukan Bung Safar, saat itu oleh fitnahan karena dianggap sudah keterlaluan dan menyinggung masalah pribadi yang dianggapnya mencoreng namanya dan keluarga,” tegas Mandala.
Warga Pancur lainnya, berinisial AB mengakui hal serupa banyak yang merasa terganggu atas pemberitanya yang tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
Ia mengaku kesal karena sempat gejolak masalah PLN di kelurahan Pancur oknum tersebut hampir di Hakimi Massa oleh masayarakat karena terkesan menjadi provokator memberi laporan yang salah kepada APH. Sehingga terkesan orang kampung yang salah atas aduan oknum tersebut.
Warga lainnya, inisial EL ikut kesal dan marah kepada oknum tersebut bahkan sampai keluar nada pengusiran oknum wartawan angkat kaki tinggal di Pancur karena keresahan masayarakat oleh ulah oknum.
“Oknum wartawan itu kan seringan membuat konflik di sini dalam bentuk pemberitaan tidak berimbang, bahkan fitnah. Wajar Sekwan Lingga marah karena menyinggung istri Bupati Lingga yang tidak tahu apa-apa,” jelasnya.
Itu jelasnya demi harga diri putra asal Kelombok, ajak oknum tersebut selesasikan secara adat Melayu dengan sangat jentelmen dan bermarwah.
Tidak ada ancaman bunuh membunuh dan lainnya, itu bukan tipikal orang Melayu Lingga suka mengancam kalo mau diselesaikan secara adat, setelah itu selesai. ***