BINTAN

Harga Cabai Dipasar Meroket Tajam

×

Harga Cabai Dipasar Meroket Tajam

Share this article

BINTAN (SK) — Harga kebutuhan bumbu dapur seperti cabai merah dan cabai rawit saat ini sedang mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dimana harga untuk satuan kilonya mencapai angka Rp54.000. Harga tersebut mengalami kenaikan sekitar 42 persen lebih dari harga tiga hari sebelumnya yang hanya mencapai kisaran harga Rp38.000 untuk setiap kilonya.

Menurut Penyidik Perdagangan Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskopperindag) Bintan, Setia Kurniawan, melambungnya harga kebutuhan bumbu dapur tersebut dikarenakan pasokan barang dari luar daerah Bintan yang saat ini sedang menurun.

Geser Untuk Lanjutkan Baca Berita
Geser Untuk Lanjutkan Baca Berita

Faktor tersebut merupakan salah satu penyebab meroketnya harga kebutuhan tersebut dipasaran saat ini. Karena kata dia, produksi dari luar daerah seperti pulau Jawa dan Medan yang merupakan distributor pasaran di Bintan. Saat ini sedang tidak berproduksi, artinya suplai kebutuhan seperti cabai tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar di Bintan yang saat ini memang cukup banyak.

BACA JUGA :  Terbakar, Dipadamkan, dan Kembali Terbakar

“Ya ini hukum perdagangan yang sedang berlaku, dimana saat kebutuhan meningkat sedangkan hasil produksi menurun otomatis harga pasti akan mengalami kenaikan,” ucap pria yang sapa diakrab Iwan itu, Selasa (4/11).

Menurutnya, gagal panen yang dialami oleh sebagian besar petani cabai dipulau Jawa dan erupsi gunung Sinabung di Medan adalah salah satu penyebab naiknya harga kebutuhan tersebut. Karena kata Iwan, dua daerah tersebut merupakan pensuplai pasokan cabai ke Bintan selama ini.

Selain itu juga, ongkos biaya angkutan yang menggunakan pesawat saat ini sedang tinggi. Karena kata Iwan, cabai bila terlalu lama dalam pengangkutannya akan mudah busuk, sehingga angkutan pesawat merupakan angkutan utama dalam pendistribusian kebutuhan dari luar Bintan.

Sehingga dengan faktor-faktor tersebut, pihaknya kata Iwan tidak dapat memastikan hingga berapa lama harga cabai akan bertahan pada harga yang saat ini mencapai Rp 54.000 perkilonya. Namun demikian, Iwan mengatakan, akan tetap melakukan pemantauan harga dipasaran, agar tidak penimbunan oleh beberapa oknum yang ‘nakal’ demi meraup keuntungan pribadi.

BACA JUGA :  Hendak Diminum, Air Mineral Dalam Kemasan Ini “KOTOR”

“Kita akan pantau indeks harganya, sehingga tidak ada yang memanfaatkan momen seperti ini demi meraup keuntungan pribadi saja,” kata Iwan.

Kenaikan harga yang cukup tinggi ini membuat sejumlah pedagang mengeluh dengan keadaan tersebut, seperti Sukarso (46) salah seorang pedagang sayuran di Pasar Baru Barek Motor Kijang Kecamatan Bintan Timur.

Sukarso menuturkan, kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit yang cukup tinggi ini, membuat dirinya serta pembeli merasa terbebani. Dimana sebagai seorang penjual, dirinya cukup bingung dalam memasarkan kebutuhan bumbu dapur tersebut. Pasalnya keadaan cabai yang tidak lagi segar namun dengan harga yang cukup tinggi.

Membuat minat sejumlah konsumen semakin berkurang. Keadaan ini sangat dikhawatirkan, sebab sebagai seorang pedagang kecil, dampaknya sangat terasa. “Kita sebagai pedagang kecil begini akan sangat terasa sekali mas bila harga-harga kebutuhan naik. Karena jarang ada untungnya mas,” tutur Sukarso yang telah tujuh tahun berjualan dilokasi tersebut.

BACA JUGA :  Dua Unit Sepeda Motor Hangus Terbakar

Dia juga menyebutkan, harga cabai merah dan cabai rawit saat ini mencapai Rp 54.000 perkilonya, sementara sejumlah sayuran seperti kangkung dan buncis tidak mengalami kenaikan. Harganya stabil pada kisaran Rp 9.000 perkilo untuk kankung dan buncis Rp 14.000 perkilo, serta bawang merah juga tetap harganya di Rp 12.000 perkilonya.

Selain pedagang sayuran itu yang mengeluh akan tingginya harga kebutuhan tersebut, Purwani salah seorang konsumen yang berdomisili di Kecamatan Toapaya juga mengatakan, kenaikan harga cabai yang tinggi ini membuat dirinya bingung.

Sebab, Purwani mengaku membeli cabai untuk dijual lagi kepada masyarakat yang berada jauh dari pasar. Untuk itu, dengan kenaikan harga yang cukup tinggi ini membuat dirinya bingung dalam menentukan harga jualnya kepada masyarakat lagi.

“Kalo harga tinggi gini, kadang kita bingung juga. Kita kasih harga tinggi masyarakat ngeluh, kita kasi harga pasaran kita rugi diongkos,” keluhnya. (HK)