– Ini Komentar Anggota DPRD Kepri, Weni.
TANJUNGPINANG (SK) — Dampak yang terjadi dari penangkapan kapal penyeludup beras dan bahan pangan lainnya yang ditangkap oleh Satuan keamanan laut TNI AL, serta penangkapan truk–truk pemasok barang ilegal di Batam kemarin, saat ini berdampak langsung terhadap para pedagang yang berjualan di Pasar Lorong Gambir Tanjungpinang, mengeluhkan kenaikan drastis bahan pangan (Sembako-Red) yang di jual sehari-hari, Tanjungpinang, Minggu, (27/03/2016).
Hal ini banyak membuat para pedagang yang mengeluhkan mahalnya barang yang mereka dapat dari distributor, sehingga merekapun terpaksa menaikkan harga beras dan bahan pangan lainnya.
“Walah bang, barang banyak naik semua, beras dan gula naik, bawang merah putih pun naik. Macam mana tak naik, yang di laut ditangkap, darat pun di tangkap, paksalah barang saya naikkan juga,” ujar Tuti (46), salah satu pedagang, di Pasar Lorong Gambir Tanjungpinang.
Tuti juga mengatakan, bahwa barang yang naik drastis itu adalah beras dan bawang merah, serta bawang putih, mengalami kenaikan 2 kali lipat. Sehingga, ia masih menggunakan stok lama dikarenakan stok yang baru mengalami kenaikan yang signifikan.
“Beras sama bawang merah bawang putih bang, dua kali lipat harganya, yang sekarang aja saya pakai stok yang kemarin, kalau yang sekarang mahal bang,” katanya.
Barang yang di selundup dari luar negeri, menurut mereka lebih murah dan terjangkau oleh para pedagang kecil, sehingga masyarakat yang membeli nya pun terasa murah, berbeda dengan barang yang di dapat dalam negeri. Dan pasokannya pun terbatas oleh kuota yang telah ditetapkan pemerintah.
Para konsumen di kalangan masyarakat pun mengeluh akan naik drastisnya harga jual barang pangan, seperti beras dan lainnya, hal ini terlihat dengan kondisi sedikit sepi atas aksi jual beli, di Pasar Lorong Gambir Tanjungpinang,
“Naik nya cepat sekali mas, kita mau belanja bawang-bawang pun jadi takut, kemaren masih harga normal, sekarang udah dua kali lipat. Ini aja saya beli sedikit aja, untuk masak dirumah,”ujar Asri (47), warga Jalan Pemuda, yang sedang berbelanja di pasar lorong gambir.
Pemerintah juga diharap kan berperan aktif dan sigap untuk mengatur harga-harga barang yang sehari-hari diperlukan masyarakat, sehingga para pedagang tidak lagi berkiblat pada barang-barang selundup yang di nilai jauh lebih murah.
Weni Ajak Pemerintah dan Instansi Terkait Dengarkan Keluhan dan Jeritan Masyarakat Kepri
Anggota DPRD Kepri Hj Yuniarni Pustoko Weni SH, mengatakan, sehubungan dengan ditutupnya kran import beras dari luar negeri belakangan ini, membuat stock beras di Provinsi Kepri kian menipis, sehingga membuat harga beras dipasaran melonjak. Seharusnya, ada kebijakan khusus dari pemerintah pusat, karena kalau mengharapkan beras lokal atau dari dalam negeri, bisa krisis beras di Kepri ini.
“Seharusnya ada kebijakan yang diusulkan daerah atau Gubernur mengenai masalah kebutuhan sembilan bahan pokok. Bukan hanya beras saja, tetapi juga kebutuhan lainnya seperti gula dan lain-lain,” tuturnya beberapa waktu lalu.
Menurut Weni, kalaulah di Kepri ini aturannya diberlakukan sama dengan daerah lain di Pulau Jawa, bisa gawat darurat kebutuhan pokok kita. Dan diharapkan semua pihak, khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi harus bisa mendengarkan keluhan dan jeritan masyarakat, dan juga Bea Cukai yang memiliki otoritas terhadap barang-barang tersebut, untuk tidak kaku dan melakukan pengawasan, tetapi mengakibatkan dampak negatif kepada masyarakat.
“Guna adanya pemerintah dan instansi atau lembaga pemerintah lainnya, maupun aparat hukum harus mampu dan dapat memberikan rasa aman dan nyaman, serta dapat melindungi masyarakat yang mengalami permasalahan dalam memenuhi kebutuhan hidup dalam memperoleh kebutuhan pokok masyarakat. Apalagi yang berkaitan terhadap bahan-bahan kebutuhan hidup. Kita jangan menutup mata dan tanpa harus mengabaikan aturan perundang-undangan, tetapi semua itu ada bentuk toleransi dan melihat faktor sejarah,” ujar Weni.
“Karena Kepri ini dari zaman sebelum kemerdekaan sudah ada hubungan dagang dengan Singapore atau dulu di kenal dengan nama Tamasik,” ungkapnya.
Dikatakan Weni, harga beras lokal atau dari jawa jauh lebih mahal dari pada beras rembesan dari Batam atau beras dari Singapore. Kita tidak boleh menutup mata untuk hal ini.
“Mari kita duduk satu meja dalam menyelesaikan masalah pemenuhan kebutuhan bahan pokok di Kepri ini,” pintanya.
Weni juga memberikan contoh dan perbandingan antara harga Beras A3 import Rp 8000,- per Kilogramnya dengan beras Domestik Rp.13.000,- dan Gula import Rp.9.000-9.500,- lebih murah jika dibandingkan Gula domestik Rp.13.000 per kilogramnya.
“Dimana letak keadilan untuk masyarakat, dan dimana letaknya untuk kesejateraan masyarakat kalau harga barang domestik lebih mahal dari beras import atau luar. Dan ini pemerintah pusat harus tahu kondisi ini. Termasuk bapak-bapak dari Bea Cukai juga pasti sangat tahu dan saya yakin mereka pun mengkonsumsi beras dan gula dari luar, karena disamping kualitasnya lebih bagus dan harga juga lebih murah,” pungkasnya.
Sebagaimana yang diatur dalam Permendag No.19/2014, Import beras dapat dilakukan untuk keperluan atau kepentingan stabilisasi harga, penanggulangan keadaan darurat, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat miskin, serta kerawanan pangan.
Import beras dilakukan dengan masa satu bulan sebelum panen raya dan dua bulan setelah panen raya. Import beras ini dapat dilakukan oleh Perum Bulog dan perusahaan yang mendapatkan pengakuan sebagai importir beras oleh Menteri. (SK-RM-SK-SA/C)