LINGGA (SK) – Momentum reses dimanfaatkan betul-betul oleh anggota DPRD Kabupaten Lingga, masa istirahat kerja DPRD untuk bertemu dengan konstituen di daerah pemilihannya masing-masing. Kegiatan reses itu sendiri sangat penting bagi semua anggota DPRD. Dimana, dalam kegiatan reses tersebut, tentunya selain mendekatkan wakil masyarakat dengan masyarakat, juga untuk mendengarkan secara langsung apa yang menjadi keluhan dan kebutuhan masyarakat, serta aspirasi masyarakat secara langsung. Selain itu, reses merupakan kewajiban anggota dewan. Reses salah satu cara untuk menjaring aspirasi yang selanjutnya, diajukan oleh legislative kepada eksekutif dalam pembahasan anggaran. Jadi hasil reses akan dibawa dalam sidang paripurna, dan disampaikan secara lisan maupun tertulis.
Anggota Komisi III DPRD Lingga, Abdul Gani Atan Leman, menyampaikan, reses di hari terakhir ini, saya memfokuskan mengunjungi Desa Posek dan Desa Suak Buaya. Hal ini tidak lain untuk menampung aspirasi dan keluhan masyarakat, baik masalah infrastruktur dan non infrastruktur. Anggota DPRD dalam melakukan reses ada yang melakukannya secara bersama dengan dua atau tiga orang dari dapilnya masing-masing, dan juga yang melakukannya secara induvidu. Hal ini untuk menyerap aspirasi warga pemilih yang selama ini mendukung penuh anggota dewan sampai terpilih di legislatif.
“Masa reses ini adalah momentum bagi saya untuk menampung semua keluhan, aspirasi, serta pokok pikiran masyarakat, yang mana nantinya semua hasil dari reses ini akan disampaikan kepada eksekutif,” terangnya, usai melakukan reses, di Desa Posek dan Desa Suak Buaya. Jumat, (08/04/2016).
Kepala Desa Posek, Masmin, sangat berharap 4 usulan untuk desanya dapat terealisasi, yakni, listrik, jalan lingkar, air bersih, kenyamanan dan keamanan masyarakat, karena masyarakat sangat membutuhkan masuk listrik PLN ke daerah kami, karena di Desa Posek untuk penerangan hanya milik perorangan. Begitu juga dengan jalan lingkar. Dengan adanya jalan tersebut ekses akan terbuka antara dusun satu dengan dusun lainnya, air bersih juga menjadi persoalan di desa kami. Hendaknya masalah air bersih ini juga menadi perhatian bagi pemerintah. Dan yang dikalah pentingnya, adalah masalah kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat kami dalam bekerja.
“Karena beberapa warga kami yang melaut ada yang mendapat gangguan, seperti perampok, sehingga mereka tidak berani untuk melaut terlalu jauh, imbasnya pada penghasilan yang berkurang,” ungkapnya.
Dari beberapa warga, mulai dari Kepala Dusun, BPD, LPM, menyampaikan masalah RTLH, Guru yang jarang berada di tempat, dan juga meminta adanya Polindes dan Postu. Selain itu, masyarakat juga berharap adanya dokter keluarga.
“Hal ini untuk memudahkan masyarakat untuk berobat, dan melahirkan, karena jika ada warga yang bermasalah dalam melahirkan dan harus di rujuk ke rumah sakit, jarak ke rumah sakit dari desa kami membutuhkan waktu 2 jam lebih untuk sampai di rumah sakit,” ucap Riyadi.
Sementara itu, beberapa usulan Kepala Desa Suak Buaya, Sardi, senada dengan usulan yang di sampaikan oleh warga desa Posek. Hanya dalam usulannya, mengharapkan adanya pembangunan tambatan perahu, di desa mereka. Karena tambatan perahu yang ada saat ini, di bangun masyarakat secara swadaya, kondisinya sudah hampir roboh, sehingga masyarakat sudah tidak lagi berani menggunakan tambatan perahu tersebut. Untuk membangun tambatan perahu ini, kita telah beberapa kali mengajukan usulan, bahkan saat musrenbang,
“Kita sangat mengharapkan pemerintah dapat membangun tambatan perahu baru bagi masyarakat, karena tambatan perahu yang di bangun warga kondisinya memperhatinkan,” paparnya.
Sementara itu, Samsul Bahari, anggota BPD Desa Suak Buaya, mengeluhkan insentif RT/RW yang pembayarannya sering kali terlambat hingga 6 bulan baru dibayarkan, tentunya ini akan mengganggu kinerja mereka. Selain itu, bantuan dari perikanan juga tidak tepat sasaran, karena orang yang mendapatkan bantuan orang yang telah mendapat bantuan sebelumnya.
“Kami menerima insentif 6 bulan sekali, tentunya hal ini mengganggu kinerja RT/RW,” imbuhnya. (SK-Pus)