KEPRINATUNA

Natuna Mulai Laksanakan “SUNTIK CAMPAK dan RUBELLA”

×

Natuna Mulai Laksanakan “SUNTIK CAMPAK dan RUBELLA”

Share this article
Wakil Bupati Natuna, Ngesti Yuni Suprapti didampingi Kadis Kesehatan Rizal Rinaldi, menyaksikan imunisai Campak dan Rubella di SMPN 1 Ranai. (Foto : Bernard Simatupang)

[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Malas Baca, Tekan Ini”]

Natuna Mulai Laksanakan “SUNTIK CAMPAK dan RUBELLA”
– Dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Natuna.

Geser Untuk Lanjutkan Baca Berita
Geser Untuk Lanjutkan Baca Berita

SIJORIKEPRI.COM, NATUNA — Penyakit Campak dan Rubella merupakan dua penyakit yang sangat mungkin dialami oleh bayi dan anak-anak. Sebagaimana kita ketahui, hingga saat ini tidak ada pengobatan untuk penyakit ini. Akan tetapi sudah ditemukan cara untuk mencegahnya, yakni dengan memberikan vaksin Measles dan Rubella.

Hal ini disampaikan Wakil Bupati Natuna, Dra Hj Ngesti Yuni Suprapti M.A, saat membuka secara resmi Suntik Campak dan Rubella, di SMPN 1 Ranai Natuna, Rabu, (01/07/2018).

Dikatakannya, kampanye imunisasi Measles Rubella (MR) adalah suatu kegiatan imunisasi secara massal sebagai upaya untuk memutuskan transmisi penularan virus campak dan rubella pada anak usia 9 bulan sampai dengan 15 tahun, tanpa mempertimbangkan status sebelumnya.

BACA JUGA :  Kapolda Kepri Tinjau Program "NASI KAPAU" di Vihara Dewi Bahari

Campak dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti radang paru (pneumonia), radang otak (ensefalitis), kebutaan, gizi buruk dan bahkan kematian.

Rubella biasanya berupa penyakit ringan pada anak, akan tetapi bila menulari ibu hamil pada trimester pertama atau awal kehamilan, dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan.

Kecacatan tersebut dikenal sebagai Sindroma Rubella Kongenital meliputi kelainan pada jantung dan mata, ketulian dan keterlambatan perkembangan.

Menurut Ngesti, Program Pemerintah Pusat melalui Kemenkes sudah lama, dan dinas terkait telah melakukan sosialisasi ke masyarakat.

Memang kemarin dari Ketua MUI Provinsi sempat keluar arahan, bahwa suntik Rubela haram. Padahal MUI Pusat sudah menyatakan tidak ada masalah jika manfaatnya lebih besar untuk kesehatan masyarakat banyak.

“Oleh karena itu, dalam pelaksanaan sosialisasi di masyarakat, kita dibantu oleh kementerian agama, agar bisa menjelaskan ke masyarakat soal halal tidak halal. Jadi kegiatan ini bukan cuma Dinas Pendidikan dan Kesehatan, tetapi Kementerian Agama juga turut aktif,” terang Ngesti.

BACA JUGA :  Hamid Rizal Buka Seminar Sehari “PERINGATAN HARI IBU KE 89”

Ia juga mengatakan, pelaksanaan suntuk Campak dan Rubella di Kepri khusunya di Natuna, merupakan tahap kedua. Pertama di Jawa, kedua diluar Jawa. Kegiatan ini serentak dilaksanakan di Kepri, berdasarkan surat edaran yang diterima.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Natuna, Rizal Rinaldi M.Kes, melaporkan, kegiatan ini berlangsung selama 2 bulan di seluruh Desa yang ada di Natuna, dengan sasaran anak berusia 9 bulan hingga 15 tahun.

Diakuinya, penyakit Rubela banyak menyerang ibu hamil, dan sangat berbahaya karena dapat menimbulkan cacat dalam kandungan. Kendalanya Ibu hamil tidak dapat kita beri vaksin ini untuk pencegahan. Sehingga anak setelah berumur 9 bulan – 15 tahun harus kita vaksin, guna memutus mata rantai.

BACA JUGA :  KM Bukit Raya Kandas, “RATUSAN PENUMPANG DIEVAKUASI”

“Tahap pertama Kita vaksin anak SD dan SMP, nanti tahap kedua baru bayi. Jumlah siswa SMPN 1 yang mau di vaksin sebanyak 718 orang,” ucapnya.

Sementara, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Hikmat Aliansyah, mengatakan, kegiatan ini sudah disosialisasikan terlebih dulu. Terkait jumlah vaksin sudah mencukupi. Karena dalam 1 botol (vial ) mampu menyuntik 8 orang.

“Untuk di Natuna ada sekitar 23.000 siswa dan balita harus kita beri vaksin campak dan rubela, oleh karenanya masyarakat tidak usah kwatir, Pemerintah akan berupaya melakukan pencegahan lewat vaksin secara merata,” terangnya.

Terkait ada tidaknya penyakit Rubela di Natuna, menurut Hikmat, belum bisa dipastikan, karena butuh pemeriksaan di laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Puslipbangkes) yang hanya ada di Jakarta. Kecuali untuk campak sudah ada ditemukan, namun tidak berbahaya. (nard)