KEPRIOPINITANJUNG PINANG

OPINI : Dilema Persiapan Lebaran “DAN SHALAT TARAWIH”

×

OPINI : Dilema Persiapan Lebaran “DAN SHALAT TARAWIH”

Share this article

OLEH : DIAN FADILLAH, S.Sos

SIJORI KEPRI — Ramadhan ya Ramadhan. Ramadhan Ya Kariim. Bulan Suci Ramadhan yaitu Bulan yang suci umat Islam. Bulan Suci ini sudah berada di penggalan kedua menuju akhir. Semua tempat ibadah baik itu di Mesjid dan Mushalla/langgar sudah mulai menampakkan grafik yang menurun dengan terlihatnya sepinya kendaraan bermotor dua ataupun empat yang parker di halaman, termasuk juga majunya syaf dalam Shalat berJamaah Isya dan Tarawih.

Hari Lebaran yang masih belum Nampak batang hidungnya yaitu 1 Syawal yang Agung dan Mulia sudah mulai dipersiapkan oleh sebagahagian umat muslim. Hal ini terlihat sudah banyaknya Ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak remaja berkonsentrasi di dapur ketimbang di rumah ibadah.

Geser Untuk Lanjutkan Baca Berita
Geser Untuk Lanjutkan Baca Berita

Nuansa keduniaan sudah mulai mempengaruhi nuansa religi yang sudah berjalan dan tanpa disadari bertukar menampakkan keasliannya. Padahal saat ini adalah penggalan hari-hari terakhir yang sangat penting untuk dipertahankan dan tetap dilanjutkan menuju malam Lailatul Qadar. Untuk kaum Adam nya pun tidak ketinggalan dari ibu ibu dan ikut-ikutan juga tapi dengan meramaikan kedai kopi, tempat mangkal, tempat kongkow di malam hari. Siapa yang mempertahankan iqtikaf di Mesjid dan tetap bertahan sampai akhir ?

BACA JUGA :  Nurdin Basirun Serahkan Bantuan “KE MASJID dan MUSHOLLA di KARIMUN”

Aktivitas masak kue dan ngopi itu malahan semakin malam semakin ramai dan ada juga yang sampai menjelang pagi (sambil menunggu kegiatan menjelang SAHUR) dengan tujuan utama nya adalah untuk bersantai, tanggung katanya dari pada di rumah pasti nanti ketiduran dan bisa tidak sahur jadinya, sembari ngobrol dengan kawan-kawan sahabat yang ditemani teh tarik, kopi, milo atupun susu panas atau pun dingin yang diikuti makanan kecil (prata, mie goreng dan rebus) atau nasi.

Kesibukan kegiatan jual-beli di Pasar modern dan tradisionalpun memiliki potensi pengaruh yang besar untuk memecahkan konsentrasi ibadah dengan discount yang mulai semarak. Di Pasar umum, di Super Market, sampai di Mall pun mulai pada dapat durian runtuh panen besar dan terkadang kehabisan stock, karena kedatangan konsumen yang buanyak sekali.

BACA JUGA :  Rafiq : Pemkab Karimun Akan Bangun “JEMBATAN PENGHUBUNG 4 KECAMATAAN”

Sekelumit kegiatan masyarakat itu tercermin belakangan ini. Suatu hal yang Aneh tapi nyata. Kenapa demikian ? Katanya tidak ada uang, Katanya belum dapat THR, katanya kurang berpunya, tapi toh bisa membuat kue-kue khas lebaran dalam beberapa toples, bisa mengecat rumah, bisa membangun rumah atau malah bisa membeli rumah baru.

Kegiatan yang lebih serius lagi pada saat ini adalah seiring dengan liburnya anak sekolah, sehingga menjadi satu dalam aktivitas, Mudik alias balek kampong halaman dari yang ke pulau-pulau sekitar Kepulauan Riau, ke daratan Sumatera, dan ada juga yang ke wilayah Jawa, Sulawesi, Kalimantan sampai ke Irian Jaya. Kegiatan itu semua dengan menggunakan Tranportasi darat (motor, mobil, bus), transportasi Laut (Kapal, ferry, boat) ataupun transportasi Udara (pesawat terbang).

Tanjungpinang sebagai kota yang berada di Border Town banyak memiliki etnis dan sosial budaya yang berbeda dan unik. Keaneka ragaman itu terlihat jelas pada saat lebaran tiba. Hanya segelintir manusia yang masih tinggal di kota yang tercinta kita ini dan itulah masyarakat Tanjungpinang yang memang di sini rumah tempat lahirnya atau keluarga yang tidak pulkam, karena berbagai alasan. Alasan-alasan yang dimiliki mengapa masih berada di Tanjungpinang adalah mungkin karena tidak ada dana pulang kampong karena nilainya sangat besar, ada yang tidak ada kampung halaman karena orang berada di Tanjungpinang atau karena orang tuanya yang jauh disana sudah meninggal dunia, sehingga tidak ada lagi yang dikunjungi. Mulailah sepi menjelma di wajah Kota Tanjungpinang. Suasana jalanan yang sunyi yang memang tidaklah seperti di Ibu kota Jakarta yang ditinggal warganya, tapi cukup membuat daerah ini menjadi mencekam. Harapan satu satunya yang dapat dinikmati yaitu malam takbiran yang menyenangkan hati dan perasaan karena ada lebih dari sekitar 100 kendaraan lebih roda 2 da 4 atau yang akan menyemarakkan kegiatan takbiran itu.***