KEPRILINGGA

“PAKAR PERTANIAN ASAL THAILAND” Kunjungi Lingga

×

“PAKAR PERTANIAN ASAL THAILAND” Kunjungi Lingga

Sebarkan artikel ini
Bupati Lingga beserta Direktur PT MCI dan Pengusaha Thailand, di perkebunan tanah putih. (Foto : istimewa)

LINGGA (SK) — Pakar pertanian organik asal Thailand, Prof. Danuwat Pengont, kunjungi Kabupaten Lingga untuk menyaksikan langsung potensi Lingga yang saat ini menjadi daerah penghasil beras organik oleh Pemerintah RI.

“Kita datang ke sini untuk melihat langsung konsep pertanian organik yang sedang dikembangkan di Indonesia, khususnya di Kabupaten Lingga,” ungkapnya kepada awak media, usai menemui Bupati Lingga, H. Alias Wello di Dabo Singkep, Minggu, (15/01/2017).

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Konsep pertanian berbasis organik yang ditetapkan Menteri Pertanian RI di Kabupaten Lingga, kata Danuwat, adalah pilihan tepat di tengah meningkatnya kebutuhan konsumen dunia, terhadap ketersediaan pangan organik. Karena, jangan berharap bisa berkompetisi di pasar pangan global, jika masih menggunakan pupuk kimia dan pestisida.

“Ini pilihan yang sangat tepat, jika kita ingin menggarap pasar pangan dunia,” terangnya.

Sementara itu, Bupati Lingga, H. Alias Wello, ketika ditemui di lokasi penanaman buah-buahan organik Tanah Putih, Kecamatan Singkep Barat, menyambut baik kedatangan rombongan Prof. Danuwat di Lingga tersebut.

“Ini merupakan kunjungan biasa. mereka ingin melihat langsung konsep pertanian organik, yang kita kembangkan di Lingga. Bahkan, mereka juga siap berbagi ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian organik,” ujarnya.

Kunjungan Danuwat, selama dua hari di Lingga, juga didampingi dua orang koleganya, Wisit Tosakulwong dan Joe Barlian, dari perusahaan pupuk organik hayati Nano Bio Thailand Co. Ltd.

Sebelum melakukan pertemuan dengan Bupati Lingga, Danuwat beserta rombongan, sempat menyaksikan langsung penerapan konsep pertanian organik di Desa Sungai Besar, Kecamatan Lingga Utara. rombongan diterima oleh Direktur PT. Multi Coco Indonesia, Ady Indra Pawennari.

Ady Indra Pawennari, menyampaikan, kunjungan pengusaha dan pakar pertanian organik asal Thailand ke Lingga, merupakan bentuk penjajakan kerjasama bisnis pertanian organik, antara perusahaannya dengan Nano Bio Thailand Co. Ltd.

“Mereka menawarkan kerjasama pertanian organik menggunakan teknologi Nano Bio. sebagai tahap awal, kita sepakati buat lahan Demplot seluas 1 hektar. Tugas kita, menyiapkan benih dan tenaga kerja. sedangkan teknologinya dari Thailand,” paparnya.

Penjajakan kerjasama teknologi pertanian organik seperti ini, lanjut Ady Indra Pawennari, tidak saja dilakukan oleh perusahaannya dengan perusahaan asal Thailand, namun juga dengan beberapa perusahaan dalam negeri.

“Sebagai pemain baru dalam pengembangan pertanian organik, kami tentu ingin hasil yang terbaik. Apalagi, Menteri Pertanian sudah menaruh harapan besar, agar Lingga bisa jadi pengekspor beras organik ke Singapura,” sebut peraih Anugerah Pahlawan Inovasi Teknologi Tahun 2015 ini.

Kabupaten Lingga seperti diketahui, katanya lagi, selama ini dikenal kaya akan sumber daya alamnya di bidang pertambangan, tiba-tiba memproklamirkan diri ingin menjadi lumbung padi terbesar di Kepri.

Bersama Kementerian Pertanian dan Mabes TNI AD, Pemerintah Kabupaten Lingga di bawah kepemimpinan Bupati Lingga, Alias Wello, bertekad menghentikan dominasi, beras selundupan dari luar negeri di Kepri.

Diteruskan, Menteri Pertanian RI. Andi Amran Sulaiman, dalam sebuah Rapat Koordinasi Pangan di Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat, (13/01/2017) lalu, menyampaikan tekadnya menjadikan wilayah-wilayah perbatasan RI, salah satunya Kepulauan Riau, jadi lumbung pangan sekaligus pengekspor komoditas pangan ke negara tetangga. Bukan sebaliknya, jadi sasaran empuk pasar impor produk pangan dari negara tetangga.

“Saya datang ke Kabupaten Lingga, ada lahan tidur, masyarakatnya tidur, puluhan tahun merdeka mereka nggak kenal batang padi. Kami minta kirimkan alat mesin pertanian, hari itu juga tanam di perbatasan,” tuturnya.

Selain Kepri, tambah Ady. Mentan juga memetakan sejumlah wilayah perbatasan jadi sentra pangan masing-masing, serta bisa memasok ke negara terdekatnya.

“Ini merupakan mimpinya, Kepri selesaikan (ekspor ke) Singapura, Entikong selesaikan Malaysia. Sulawesi bantu Maluku sediakan Filipina. Sulawesi Utara ekspor jagung langsung ke Filipina,” unggahnya. (SK-Pus)

banner 200x200
Follow