GESER UNTUK BACA BERITA
Example 325x300
KEPRILINGGA

Pemkab Lingga Lestarikan Budaya Tradisi “MANDI SAFAR”

×

Pemkab Lingga Lestarikan Budaya Tradisi “MANDI SAFAR”

Sebarkan artikel ini
Abdurakhman, Asisten III Bupati Lingga, saat memandikan salah satu anak di kegiatan mandi Safar. (Foto : Istimewa)

SIJORIKEPRI.COM, LINGGA — Mandi di bulan Safar, sebuah tradisi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Kabupaten Lingga. Pada tahun 2017 ini melalui dinas terkait, Pemerintah Kabupaten Lingga kembali melaksanakan kegiatan mandi yang dilaksanakan pada Rabu, (15/11/2017), terakhir di bulan Safar ini.

Mandi Safar yang dilaksanakan di objek Wisata Lubuk Papan tersebut, dipimpin oleh Asisten III Bupati Lingga, Abdurakhman, yang mewakili Bupati dan Wakil Bupati Lingga yang berhalangan hadir.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

“Tradisi Mandi Safar ini, sudah dilaksanakan sejak zaman Sultan Riau Lingga, Sultan Abdulrahman Muazamsyah yang memerintah tahun 1883-1911,” ungkap Abdurakhman, Asisten III Bupati Lingga, kepada awak media, dilokasi kegiatan, Rabu, (15/11/2017).

BACA JUGA :  Rakor Persiapan Sail Selat Karimata 2016

Kegiatan Mandi Safar, lanjut Abdurakhman, saat ini sudah menjadi agenda rutin pemerintah Kabupaten Lingga yang dilaksanakan melalui Dinas terkait, karena berpotensi menjadi objek wisata baru yang sangat menarik, khususnya objek wisata sejarah dan budaya, dan sekaligus untuk meningkatkan silaturahmi, baik dengan sesama tetangga maupun dengan keluarga lainnya.

BACA JUGA :  Gubernur Kukuhkan “38 PASKIBRAKA” Provinsi Kepri

“Makna sosial yang diambil dari kegiatan ini, adalah terjalinnya hubungan silaturahmi antar keluarga dan masyarakat, yang ditandai dengan kekompakan dan kebersamaan,” terangnya.

Selain menjalin hubungan silaturahmi, tambah Abdurahkman, makna lain yang diambil dari pagelaran Mandi Safar merupakan sebagai sarana untuk introspeksi diri, baik secara lahiriah maupun secara batin serta mengharapkan Ridho dari Allah SWT, dan juga untuk melestarikan budaya lama yang sudah ada di daerah ini sejak ratusan tahun yang lalu.

BACA JUGA :  Pansus DPRD Lingga Hearing Bersama Masyarakat Linau

“Bulan Safar dikenal sebagai bulan naas, sehingga perlu menjadi intropeksi bagi seluruh kalangan. Tradisi menolak bala dari seluruh marabahaya ini, harus tetap kita jaga dan lestarikan,” katanya.

Abdurakhman menjelaskan, Tradisi mandi Safar umumnya dilaksanakan masyarakat Lingga secara berkelompok di tempat pemandian umum, pantai dan ada juga dilaksanakan di sekitar masjid-masjid yang ada.

“Kedepannya, kegiatan mandi Safar diharapkan dapat menjadi daya tarik wistawan untuk berkunjung ke Kabupaten Lingga,” pungkasnya. (SK-Pus)