LINGGA (SK) — Miris memang kalau melihat kehidupan yang dialami oleh keluraga pasangan Alfian dan Susilawati serta tiga orang anak mereka, warga Dusun III Kebun Nyiur, Desa Batu Berdaun, Kecamatan Singkep ini. Karena Sulitnya mendapatkan pekerjaan, membuat keluarga ini tidak setiap hari dapat menikmati nasi. Kadang, jika sedang beruntung dari pekerjaan mencari batu di laut, mereka baru bisa membeli beras untuk memenuhi makan sehari-hari bersama keluarga.
“Kadang tiga hari mereka tidak makan. Saya kasihan melihat cucu-cucu saya. Mereka sering mengadu ke saya belum makan,” ucap Kurnia ibunda Alfian, kepada beberapa awak media yang berkunjung ke rumah keluarga ini, Jumat, (06/05/2016).
Meski untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kata Kurnia, menantu saya susilawati, membantu bekerja sebagai pencabut bulu burung walet di Kota Dabo Singkep, namun, dengan pekerjaan ini tidak terlalu banyak dapat membantu untuk menghidupi keluarga mereka.
“Menantu saya bekerja sebagai pencabut bulu burung walet di kota Dabo. Namun, pekerjaan ini tidak setiap hari dilakukan, dan upahnya pun tidak lah terlalu besar. Ya, mau gimana lagi Pak, sudah begini nasibnya,” terangnya dengan rasa haru.
Dari berbagai program Pemerintah untuk membantu masyarakt yang kurang mampu, lanjut Kurnia, keluarga Alfian hanya mendapatkan program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) tahun 2013 lalu. Selebihnya bantuan beras untuk orang miskin (Raskin), dan bantuan untuk nelayan serta bantuan lainnya, keluarga Alfian tidak pernah menerimanya.
“Kalaupun mereka menerima Raskin, itu karena kebaikan tetangga yang menerima Raskin memberikan kepada mereka,” paparnya.
Bukan hanya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja, ungkap Kurnia lagi, Helen (16) putri sulung Alfian, harus berhenti sekolah karena tidak sanggup dan tidak ada biaya. Mereka tidak sanggup memenuhi kebutuhan sekolah Helen.
“Memang betul sekolahnya gratis. Namun, untuk beli buku, pakaian dan lainnya, untuk anak mereka tidak mampu. Untuk itu, diputuskan untuk memberhentikan Helen dari sekolah,” ucapnya.
Sementara itu, Helen (16), putri sulung Alpian, begitu antusias ketika awak media menanyakan, apakah ingin bersekolah lagi. Dengan sedikit malu-malu, ia mengatakan setuju kalau bisa menyambung sekolah lagi.
“Kalau bisa masuk lagi, saya mau pak,” katanya.
Helen mengaku, keinginannya untuk menyambung sekolah, pernah diutarakannya kepada orang tuanya. Namun, oleh kedua orang tuanya mengaku tidak sanggup untuk membiayai sekolah Helen.
“Tidak tahu bagaiman nasib adik saya, sekarang sudah kelas VI. Mungkin juga tidak akan dapat melanjutkan ke SMP,” tuturnya lirih.
Memang hal ini terkadang sulit untuk dipercaya, karena Dusun III Kebun Nyiur, Desa Batu Berdaun, Kecamatan Singkep, letaknya tidak lah terlalu jauh dari pusat Kota Dabo Singkep. Terungkapnya masalah ini, dari salah seorang petugas BPS yang melakukan sensus ekonomi di Desa Batu Berdaun.
Riskan memang, padahal berbagai program pengentasan kemiskinan bagi keluarga kurang mampu yang digulirkan oleh Pemerintah, nampaknya tidak seluruhnya dapat menyentuh keluarga yang berada dibawah garis kemiskinan. Terbukti, masih terdapat keluarga yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. (SK-Pus)