KEPRITANJUNG PINANG

Usai Dilantik, Juramadi Langsung Gelar Silaturahmi dan Bincang Budaya

×

Usai Dilantik, Juramadi Langsung Gelar Silaturahmi dan Bincang Budaya

Share this article
Kadis Kebudayaan Kepri, Juramadi Esram, bersama peserta silaturrahmi dan bincang budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Kepri. (Foto : Ist)
Kadis Kebudayaan Kepri, Juramadi Esram, bersama Dato Rida K Liamsi dan peserta Bincang Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Kepri. (Foto : Ist)

– Datok Rida Sampaikan 5 Konsep Tapak Kebudayaan.

Sijori Kepri, Tanjung Pinang — Usai dilantik pada akhir tahun lalu, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Kepri, DR Drs HM Juramadi Esram SH MT langsung gerak cepat menggelar silaturahmi dan bincang budaya, di ruang rapat Dinas Kebudayaan Kepri, di Dompak, Tanjung Pinang, Rabu, (12/01/2022).  

Bincang Budaya dihadiri, Tokoh Kebudayaan Kepri, Dato Rida K Liamsi, Husnizar Hood, Untung Leksono, Pepi Candra, Prof Dr Abdul Malik, Aswandi  Syahri, Raja Abdul Malik, Erman Zarudin, Dedi Yunizar, Raja Ahmad Helmi, Ketua Dewan Kesenian Kepri. 

Geser Untuk Lanjutkan Baca Berita
Geser Untuk Lanjutkan Baca Berita

Turut mendampingi Kadisbud Kepri, Sekretaris Disbud Kepri, Wan Rabdi S.Sos MM, Kabid Cagar Budaya Disbud Kepri, Raja Imran, Kabid Kesenian Disbud Kepri, Dedi Eka Saputra MM, Kabid Tradisi dan WBTB Disbud Kepri, Budiharti. 

Juramadi mengucapkan terima kasih atas kehadiran kalangan Budayawan yang telah memenuhi undangnya. “Semoga kebersamaan ini terus terjalin untuk membangun Kebudayaan di Kepri,” ucap Juramadi. 

Budayawan Kepri, Dato Rida K Liamsi, dalam pertemuan tersebut menyampaikan pikiran bernas dengan mengusung 5 (lima) konsep Tapak Kebudayaan.

BACA JUGA :  Sekda Kepri Buka Rakor Dinas Kebudayaan Provinsi Kepri

Pertama, perlu membangun kembali Kesadaran Jati Diri Kepri sebagai negeri Melayu, dengan  melakukan gerakan Melayunisasi secara total, massal dan massif. Menegakkan kembali  simbol-simbol dan identitas kemelayuan sebagai ciri khas Kepri. Gerakan berbahasa Melayu, beristiadat Melayu, berbusana Melayu, bertanjak, berpantun, bergurindam dan melekatkan semua simbol dan tradisi itu di tempat umum, seperti  pemberian nama jalan dengan huruf Arab Melayu, selain huruf latin, dan menjadikan gerakan itu semacam keharusan kultural.

Kedua, lanjut Dato, melakukan revitalisasi (pemberdayaan) semua potensi budaya yang ada, termasuk infrastuktur, organisasi budaya, dan lainnya. Membangun pusat-pusat penggerak  kegiatan kebudayaan yang saling berjaringan dengan daerah Kabupaten dan Kota yang ada, dan berinteraksi dengan kawasan kultur lain, termasuk dengan Melayu Serantau. Memberdayakan mumentum Hari Jadi Kepri  menjadi kebanggaan bersama, dengan setiap tanggal 24 setiap bulan dilakukan  kegiatan budaya di pusat kebudayaan yang dilakukan secara bergilir oleh komunitas budaya yang ada di Kepri, termasuk komunitas budaya nusantara .

Puncaknya, diadakan pada 24 September setiap tahun sebagai penanda Hari Jadi  Provinsi Kepulauan Riau. Memberi peran lebih besar dan dominan pada lembaga seni budaya yang sudah di Perda daerah, seperti Dewan Kesenian Kepri dan Lembaga Adat Melayu Kepri. 

BACA JUGA :  Usai Shalat Idul Adha, Lantamal IV Sembelih 17 Hewan Qurban

Ketiga, menjadikan puncak Hari Jadi Kepri sebagai Hari Anugerah Budaya untuk melakukan evaluasi dan menghargai apa kinerja budaya yang sudah dicapai. Pada  acara budaya ini diberikan berbagai anugerah seni dan budaya, dengan mengambil nama salah satu tokoh budaya yang pernah ada dan eksis di Kepri, baik di masa kini. Penghargaan yang prestesius dan bersejarah. Salah satu nama yang penting dalam bidang sastera dan budaya, selain RAH adalah Engku Muda Haji Ibrahim (EMHI). 

Keempat, melakukan Re-Enginering (menggerakkan) semangat kreativitas budaya sebagai bagian dari pembangunan masa depan kebudayaan, dengan melakukan berbagai seminar, pertemuan budaya, pendokumentasian, degitalisasi manuskript, dan lain-lain, penerbitan buku, dan kegiatan lain berwawasan intelektual dan visioner, untuk mengukuhkan peran Kepri sebagai salah satu penyumbang dan penyelamat warisan kebudayaan Indonesia .

“Kelima, melakukan gerakan Sinergitas Budaya dengan sektor lain yang berbasis budaya, seperti dengan sektor pendidikan dan wisata untuk bersama-sama menciptakan ivent yang melibatkan ketiga sektor, seperti kegiatan Napak Tilas Budaya, perjalana wisata dan literasi dari satu titik sejarah ke titik lainnya, sambil belajar dan ziarah sipiritual. Memperkenalkan napak tilas literasi antar pulau-pulau yang bersejarah, seperti antara pulau Penyengat dengan pulau Pengujan, pulau Sore, pukau Basing, Teluk Bintan dan Selat Dompak. Atau Bintan dengan Penyengat Lingga, Natuna, Siantan , Karimun dan Batam sebagai jaringan laut Cina Selatan. Atau jaringan Bintan, dengan Kuala Kampar (Riau), Singapura, Johor, Pahang, Terengganu, Melaka, dan Selangor sebagai jaringan literasi serantau, dan lain-lain, napak tilas dimana bidang kebudayaan memainkan peranan sentralnya,” kata Dato Rida K Liamsi.

BACA JUGA :  HOT NEWS : Ngelak Sepeda Motor "MOBIL INOVA RINGSEK di BATU 50 BINTAN"

Pesan dari Datok Rida K Liamsi, modal terpenting untuk wujudkan 5 (lima) tapak pembangunan kebudayaan ini adalah political will, surat edaran dan surat  keputusan Gubernur. Dan duduk satu meja semua pemangku kepentingan kebudayaan. 

Hasil pertemuan ini akan dijadikan rekomendasi kepada Gubernur Kepri untuk menjadi masukan dalam pemajuan Kebudayaan. 

Usai Bincang Budaya dilanjutkan peninjauan ke Auditorium Gedung LAM, dimana bisa dijadikan ajang kreativitas seni. (ds)