LINGGA (SK) — Miris itu bahasa yang akan keluar saat kita melihat beberapa sekolah di Kabupaten Lingga yang berada di daerah pulau dan diaerah pesisir, berbagai permasalahan yang di hadapi oleh sekolah-sekolah yang berada jauh dari pusat pemerintahan, permasalahan yang paling sering di keluhkan oleh kepala sekolah adalah kurangnya lokal, tidak adanya perpustakan, majilis guru, perumahan guru dan lain sebagainya.
Bila kita bandingkan dengan pembuatan sebuah taman guna mempercantik kota yang menelan biaya hingga miliyaran rupiah, namun untuk sarana pendidikan masih banyak yang harus di benahi secara serius, bila ingin pendidikan di Kabupaten Lingga diperhitungkan, kita bisa melihat dari hasil nilai Ujian Nasional untuk seluruh Kabupaten di Kepri, Lingga selalu menempati urutan kelima, apakah ini pengeruh dari sarana pendidikan di sekolah-sekolah belum memadai.
Kuwat, Kepala Sekolah SD Negeri 019 Setawar, Desa Tanjung irat, Kecamatan Singkep Barat, meminta kepada Pemerintah daerah (Pemda) agar dapat menambah lokal untuk SD nya, karena SD ini baru memiliki 2 lokal untuk proses belajar mengajar, hal ini demi kenyamanan anak-anak kami saat belajar.
“Jelas hal ini akan mengganggu anak yang sedang belajar, karena tiga kelas yang berbeda digabung menjadi satu lokal yang di sekat ala kadarnya yang sewaktu-waktu bisa di pindahkan bila ada kegiatan lain, kelas yang digabung yakni, kelas 1,2 dan 3, juga lokal yang satunya lagi untuk kelas, 4,5,6, bagaimana pendidikan mau baik kalau satu lokal di tempati 3 kelas yang berbeda,” ungkapnya, melalui ponsel kepada Sijori Kepri, Ahad, (22/03/2015).
Ditambahkan, SDN 019 Setawar mempunyai 27 murid dari kelas 1 hingga kelas 6, dengan 9 tenaga pengajar 7 diantaranya merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS), dua-nya lagi guru honorer, kadang saya merasa kasihan melihat guru-guru itu, agar tidak terganggu salah satunya mengalah dengan keluar dulu agar proses belajar mengajar tetap berlansung, selain itu untuk mengajar mereka harus pulang pergi yang jaraknya lumayan jauh, hanya beberapa diantaranya dapat menginap itu pun menumpang di rumah penduduk yang kebetulan kenalan mereka.
“Bagaimana mau menginap kalau perumahan guru tidak ada, jangankan untuk perumahan guru sedangkan lokal saja masih kurang, untuk majelis kita membuatnya dari papan agar kita mempunyai majelis,” lanjutnya.
Sementara itu, Abdul Gani AL, Anggota Komisi III DPRD Lingga, saat di konfirmasi masalah ini, menyampaikan, Masalah pendidikan ini memang menjadi perhatian kita, dari beberapa kali hearing yang dilakukan dengan dengan dinas pendidikan, pemuda dan olah raga, (Disdikpora) Kabupaten Lingga, masalah ini terus kita usulkan dan menjadi prioritas kita.
“Namun dengan terjadinya defisit, apa yang menjadi usulan kita tertunda,” terangnya. (SK-Pus)