KEPRITANJUNG PINANG

Pemko Canangkan “TANJUNGPINANG JADI TUJUAN WISATA”

×

Pemko Canangkan “TANJUNGPINANG JADI TUJUAN WISATA”

Sebarkan artikel ini
Walikota Tanjungpinang, saat Dialog Sinergitas Publikasi Cagar Budaya. (Foto : Humpro Tanjungpinang)

SIJORIKEPRI.COM, TANJUNGPINANG — Pemerintah Kota Tanjungpinang berupaya mencanangkan Tanjungpinang sebagai tujuan wisata, salah satunya di Pulau Penyengat dengan konsep wisata budaya dan religi. Hal itu disampaikan, Walikota Tanjungpinang, H. Lis Darmansyah, SH, melalui Dialog Sinergitas Publikasi Cagar Budaya yang ditayangkan secara live, di Gedung Gonggong, Taman Laman Boenda Tepi Laut, Tanjungpinang, Kamis, (24/08/2017).

Pulau Penyengat banyak sekali bangunan yang memiliki seni dan sejarah yang bisa menjadi kebanggaan kita bersama, selain itu Tanjungpinang juga memiliki Istana Kota Rebah dan Istana Kota Piring. Bangunan bersejarah itu menunjukkan indentitas diri kita sebagai masyarakat Melayu di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

“Untuk melestarikan itu semua, dibutuhkan komitmen dan sinergitas antara Pemerintah Kota, Pemerintah Provinsi Kepri, Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) maupun pemerintah Pusat,” kata Lis.

Dalam acara yang digagas oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat, Lis Darmansyah, mengajak semua pemangku kepentingan termasuk masyarakat agar komitmen mendukung pelestarian situs, cagar budaya, dan sejarah di Kota Tanjungpinang.

“Komitmen ini harus kita bangun bersama, kalau tidak maka dikhawatirkan situs sejarah mulai tergerus dengan pesatnya pembangunan bertipe modern, sehingga semakin lama semakin hilang,“ ujarnya.

Menurut Lis, Kota Tanjungpinang memiliki sejarah Kerajaan Riau-Lingga-Johor dan Pahang yang tak kalah besarnya dari kerajaan di Indonesia, contohnya Kerajaan Majapahit, saat kerajaan lain masih bertempur, kerajaan Melayu sudah mulai menysiarkan agama Islam.

Lis berharap, Pemerintah Pusat tak hanya membangun budaya yang hanya fokus di Pulau Jawa saja, tapi harus dilakukan juga di luar pulau Jawa. Karena itu, perlu dilakukan kajian lebih spesifik, agar nilai sejarah di Kota Tanjungpinang tidak akan hilang.

“Pembangunan budaya perlu didudukan bersama, baik menyangkut biaya, kewenangan siapa, dan siapa yang mengurus apa, jadi harus sinergi dan komitmen,” kata Lis.

Untuk melestarikan situs sejarah dan budaya di Tanjungpinang, tutur Lis, saat ini Pemerintah Kota Tanjungpinang berupaya melestarikan sejarah dan budaya di Pulau Penyengat, seperti penataan Pulau Penyengat, membuat kebijakan tata etika dan tata cara berpakaian bagi masyarakat dan pengunjung. Kedepan, turis-turis yang berkunjung ke Pulau Penyengat akan kita suguhkan dengan seni dan budaya Melayu.

”Inilah upaya kami dalam melestarikan sejarah dan budaya Melayu sebagai indentitas di Kota Tanjungpinang, sehingga generasi muda kita paham dan ikut menjaga budaya yang sudah mereka miliki,“ ucap Lis.

Membangun sektor budaya itu terlihat mudah, tambah Lis, namun implementasinya yang sulit, karena cakupannya sangat luas. Jika warisan budaya dapat dilestarikan dan dikembangkan manfaatnya akan bermuara pada peningkatan ekonomi masyarakat.

“Untuk membangun budaya, harus dilakukan secara profesional dan sinergi, baik menyangkut keuangan. Untuk membangun semua itu tak mungkin hanya mengandalkan Pemerintah daerah, karena jika kita fokus pada budaya, bagaimana dengan sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakatnya. Bila kita komitmen untuk bangun kekayaan dan peninggalan sejarah secara bersama-sama, saya yakin Tanjungpinang dan Indonesia punya cagar budaya yang punya daya tarik tersendiri dalam pariwisatanya,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat, Nurmatias, mengatakan, saat ini kita tengah diuji dengan masalah kebangsaan. Melalui BPCB, kami ingin memberi pengetahuan kepada generasi muda dan masyarakat, agar mereka paham bahwa cagar budaya menjadi karakter dan jati diri mereka.

“Kalau cagar budaya ini sudah hilang, saya fikir kita tak punya lagi karakter dan jati diri lagi,” ujarnya.

Karena itulah, Nurmatias menjelaskan, kegiatan sinergitas cagar budaya ini sangat penting untuk kita sosialisasikan, agar Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCP) memberi warna dalam pembentukan karakter bangsa.

“Mudah-mudahan ini menjadi agen perubahan kita, untuk kelestarian kebudayaan dan pembentukan karakter bangsa,” katanya

Ia mengatakan, Pulau Penyengat bisa kita lestarikan dan kita nikmati bersama, karena pulau Penyengat sudah menjadi warisan budaya Nasional. Pulau Penyengat sudah kita usulkan untuk menjadi warisan budaya dunia, dengan pertimbangan Pulau Penyengat banyak keistimewaan nilai sejarah yang tidak dimiliki negara lain, salah satunya Gurindam 12, penataan kota pada masa Kerajaan.

“Semoga kedepan, ada undang-undang dan komitmen dalam melestarikan budaya di Indonesia, supaya warisan budaya asli kita tidak diklaim lagi oleh negara lain. Tanpa kebudayaan, kita tidak punya kebanggaan lagi. Karena itu, budaya harus kita pertahankan dan dikuatkan dengan hukum.” ujarnya.

Sementara itu, Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPBB), Totok, menjelaskan, bahwa kita mempunyai tugas melestarikan kebudayaan melalui kepercayaan, kesenian dan lainnya, sementara BPCB mengelola benda cagar budaya yang ada.

Untuk melestarikan kebudayaan, lanjutnya, kita harus punya ketahanan budaya dan daya saing. Masyarakat, terutama generasi muda jangan mudah tergerus budaya luar, kalau tidak budaya kita sendiri akan hilang,” katanya.

Beberapa waktu lalu, tambahnya, Provinsi Kepulauan Riau telah mengusulkan 23 karya budaya tak benda ke Kementerian Kebudayaan, tetapi usulan tersebut hanya diterima 2 karya budaya tak benda, yaitu tari berjenjang dan tari inai dari Lingga.

Sebenarnya, tambahnya lagi, daerah lain bisa mengusulkan karya budaya tak benda, asalkan ada kajian dan catatan dokumentasi, setelah itu akan kita inventarisir dan kita kaji ulang, baru bisa kita tetapkan sebagai warisan karya budaya tak benda yang ada di Indonesia.

“Banyak cara yang bisa kita lakukan, untuk mempertahankan dan melestarikan nilai budaya di suatu daerah. Kita bisa manfaatkan era teknologi saat ini, dengan cara kita sebar budaya yang kita miliki melalui media sosial. Selain itu, setiap daerah harus memiliki Pusat Informasi Budaya sebagai media penyampaian informasi kebudayaan yang ada di suatu daerah,” unggahnya.

Dialog ini dihadiri juga oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Kepala Bapelitbang, tokoh masyarakat, dan awak media. (SK-DY/R)

banner 200x200
Follow