Dra Luluk Wijayanti
LEMBAGA : SKB Kota Tanjungpinang
PRESTASI :
– Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Provinsi Kepri Tahun 2014
– Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Provinsi Kepri Tahun 2013
Belajar Meraih Keuntungan
Tanjungpinang (SK) — Belajar dan mengambil keuntungan adalah sebuah metode yang paling jitu dimiliki oleh ibu yang memiliki nama Luluk Wijayanti ini. Wanita kelahiran Banyuwangi 49 tahun silam ini memiliki lembaga SKB Kota Tanjungpinang ini sudah beberapa kali juara dalam karya tulisnya, terutama tentang pemberantasan buta aksara.
Luluk mengatakan, tahun 2015 mendatang, Provinsi Kepri belum bisa bebas dari buta aksara, karena itu dia menyebutkan, dari data seperti di Kabupaten Lingga masih ada 15 ribu orang yang buta aksara. Di Kota Tanjungpinang ada sekitar 300 orang yang buta aksara dan belum lagi di Bintan serta kota dan kabupaten lainnya.
“Selama ini, metode yang dilakukan dalam memberantas buta aksara yaitu belajar selama enam bulan dan keaksaraan mandiri tiga bulan. Saya lihat, absensi dalam mengikuti program belajar keaksaraan ini sangat minim, berarti metode ini kurang tertarik,” kata Luluk kemarin.
Oleh karena itu untuk mempercepat agar warga yang buta aksara bisa belajar serta mengambil manfaatnya, maka Luluk mengambil teori Dale dengan belajar dan bekerja yang saat ini bisa terserap sampai 90 persen. Karakteristik yang kita terapkan disini adalah dengan belajar ada keuntungan yang diraih salah satunya dengan cabai sebagai media pembelajaran untuk mempercepat pemberantasan buta aksara bagi tutor aksara, sesuai dengan judul karya tulis saya.
Saya mencoba dua orang buta aksara menanam cabai, karena cabai saat ini mengalami kenaikan harga yang sangat signifikan dan setiap hari pasti dibutuhkan oleh orang. Menanam cabai ini mulai dari belajar dan menghitung dan menggunakan pupuk kompos.
“Ternyata selama 80 hari tanaman cabai ini bisa tumbuh dan menghasilkan dan mereka bisa belajar sambil menghasilkan,” jelas Luluk.
Dengan demikian katanya, metode dengan penanaman cabai bagi buta aksara ini sangat efektif dan bisa digunakan mulai tingkat SD sampai SMA. Sekarang, anak tidak dijejali dengan konsep, jadi dia bisa berfikir sendiri. Atas prestasi karya tulisnya, Luluk berturut-turut dua kali meraih juara satu lomba karya tulis ilmiah tingkat Provinsi Kepri tahun 2014 dan juara satu lomba karya tulis ilmiah tingkat Provinsi Kepri tahun 2013.
Luluk menjelaskan, dengan bahan ajar ‘Belajar Bertanam Cabai Dalam Pot’ yang mengantarkan tulisannya menjadi juara I berturut-turut Lomba karya tulis ilmiah tingkat Provinsi Kepri Tahun 2013 dan 2014 ini merupakan satu media pembelajaran yang di susun secara khusus untuk membantu program pendidikan keaksaraan, supaya dapat dimanfaatkan oleh peserta didik keaksaraan yang berada pada tingkat mandiri. Tujuan selanjutnya penyusunanan bahan ajar ini adalah sebagai pegangan atau acuan bagi tutor pendidikan keaksaraan dalam membelajarkan materi yang berhubungan dengan keterampilan berusaha,khususnya cara – cara bertanam cabai dalam pot.
“Penulisan bahan ajar ini disusun dengan dengan menggunakan kata–kata dan kalimat yang disesuaikan dengan kemampuan warga belajar tingkat mandiri pendidikan keaksaraan. Melalui bahan ajar ini pula mereka diharapkan dapat mengalami berbagai peningkatan untuk membaca, menulis, berhitung, berkomunikasi dan meningkatkan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Luluk.
Dalam tulisannya tersebut Luluk mengungkapkan bagaimana menanam cabai dalam pot sampai menghitung keuntungan dalam bertanam cabai. Misalnya, keuntungan bertanam cabai dalam pot dengan memperhatikan memanfaatkan lahan yang sempit, mudah di kontrol, untuk penghijauan, mengatasi kelangkaan cabai, dapat menghemat uang belanja, sebagai tanaman hias, menambah penghasilan.
Kemudian, jenis pot yang digunakan pot plastik, lebih awet, ringan dan harganya murah. Selain itu pot semen, bobotnya lebih berat dan lebih awet karena terbuat dari semen. Pot tanah liat tidak berat, harganya lebih murah tetapi gampang basah, pot ban bekas tebuat dari ban bekas kendaraan bermotor harganya murah, kuat dan tidak bisa pecah. Pot kaleng dibuat dari kaleng bekas susu, kaleng biskuit, kaleng cat dan lain-lain.
“Pot yang digunakan untuk menanam cabai jangan terlalu kecil karena akan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan tidak mampu berbuah,sedangkan pot yang terlalu besar akan berat pabila dipindahkan,” imbuhnya.
Untuk pembibitan lanjut Luluk, pilih buah cabai yag sehat, lebih besar dari yang lainnya dan matang, buang bagian pangkal dan ujungnya, sayat bagian buah yang tersisa, kemudian ambil bijinya, jemur ditempat yang tidak terkena matahari langsung selama tiga hari. Menyemai bibit dengan merendam bibit yang sudah kering dengan air hangat selama lebih kurang 30 menit. Lalu direndam sehari semalam dalam larutan perangsang akar. Benih yang masih mengapung setelah sehari semalam direndam harus dibuang. Benih yang tenggelam dibungkus dengan kain basah dibiarkan selama sehari semalam dan keesokan harinya benih baru disemaikan. Persemaian harus disiapkan bersamaan dengan kegiatan merendam benih dan media yang digunakan berupa tanah gembur yang di campur pupuk kandang yang jumlahnya sama banyak.
Siram air dengan secukupnya agar tanah menjadi mapan sebaiknya dilakukan pada pagi hari, karena pada siang hari tanaman banyak membutuhkan air untuk fotosintesis. Kemudian, penanaman cabai dalam pot dapat dilakukan kapan saja dengan memperhatikan keadaan air dan penempatan pot. Tanaman cabai tidak tahan terhadap hujan atau air yang berlebihan karena bunga akan gugur dan tanaman akan layu. Pilih bibit cabai yang tumbuh sehat dan baik secara hati – hati dengan sedikit tanah disekitar akarnya dan tanam di bagian bawah pot.
“Cabai dipanen pada umur 80 hari setelah tanam. Pemetikan cabai dapat dilakukan 1-2 kali dalam seminggu. Rata-rata satu tanaman cabai dapat menghasilkan 1 kg cabai bagi petani pemula. Jika 1 pot ditanami 2 tanaman cabai maka 1 pot rata- rata dapat menghasilkan 2 kg cabai. Jika tanaman cabai menggunakan pot dengan garis tengah pot 14 cm ,keliling pot 44 cm, jadi lahan tanah seluas 1 m² bisa menampung 6 pot tanaman cabai,” sebutnya.
Luluk memaparkan, warga belajar yang memiliki lahan sekitar 10m² dapat menanam 60 pot tanaman cabai. Jadi bisa menghasilkan 60 pot x 2 kg = 120 kg cabai. 1 pot tanaman cabai rata-rata memerlukan biaya Rp 12.000. Jika 60 pot maka memerlukan biaya 60 x Rp 12.000.= Rp 720.000.Jadi biaya tanam dan perawatan Rp 720.000,00. Harga cabai dipasaran Kota Tanjungpinang rata-rata tiap kilogramnya Rp32.000, tapi saat ini harga cabai rawit mencapai Rp 65.000,00. Jika warga belajar menjual hasil panennya pada tengkulak dengan harga Rp 22.000,00,maka uang yang didapat Rp 22.000,00 x 120 kg cabai = Rp 2.640.000,00. Jadi penghasilan warga belajar setiap 80 hari = Rp 2.640.000–Rp720.000 = Rp1.920.000.Rata – rata setiap bulan warga belajar yang menggunakan lahan rumahnya 10 m² untuk menanam 60 pot tanaman cabai adalah Rp 720.000. (SK-02)