KEPRILINGGARAGAM

Mandi Safar, Tradisi Yang Perlu “DIPERTAHANKAN”

×

Mandi Safar, Tradisi Yang Perlu “DIPERTAHANKAN”

Sebarkan artikel ini
Wakil Bupati Lingga, Muhammad Nizar, saat kegiatan mandi safar. (Foto : Istimewa)

LINGGA (SK) — Mandi Safar, sebuah tradisi yang telah dilakukan oleh masyarakat sejak turun temurun, dalam upaya untuk menolak bala di bulan Safar. Mandi yang dilakukan pada hari Rabu minggu terakhir di bulan Safar menjadi hari yang penting dalam tradisi mandi Safar. Belum diketahui secara jelas, pengambilan hari Rabu minggu terakhir di bulan Safar, dipakai sebagai hari pelaksanaan ritual Mandi Safar.

Bagi masyarakat Kabupaten Lingga, mandi Safar sudah tidak asing lagi, tradisi ini juga telah dilakukan secara turun temurun, karena dipercaya bulan Safar merupakan bulan yang banyak mengandung bahaya. Untuk itu, mandi Safar bertujuan untuk membersihkan diri agar terhindar dari bahaya.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Pada tahun 2016 ini, Pemkab Lingga melalui Dinas Pariwisata menyelenggarakan kegiatan mandi Sapar bersama. Tradisi ini menjadi salah satu kegiatan event wisata tahunan, dan acara mandi Safar tersebut langsung dipimpin oleh Wakil Bupati Lingga, Muhammad Nizar, di objek Wisata Lubuk Papan, Rabu, (30/11/2016).

Wakil Bupati Lingga, Muhammad Nizar, disela-sela kegiatan tersebut, mengatakan, tradisi mandi syafar adalah salah satu ritual adat orang Melayu Daik, yang harus terus dilestarikan, dan juga titik-titik wisata yang menjadikan lokasi ritual berlangsung perlu mendapat perhatian khusus untuk penataan yang lebih baik.

“Mandi Safar merupakan adat istiadat kita, yang harus kita pertahankan. Selain itu, tempat-tempat yang menjadi lokasi kegiatan ini berlangsung juga harus tetap di jaga pelestariannya,” ungkapnya, Rabu (30/11/2016) pagi, kemarin.

Bulan Safar juga dikenal sebagai bulan naas. Untuk itu, perlu menjadi intropeksi bagi seluruh kalangan. Tradisi menolak bala dari seluruh marabahaya ini, juga harus dijalankan setiap bulannya lewat kegiatan-kegiatan do’a bersama.

“Ini menjadi intropeksi untuk kita bersama, sehingga bukan saja hanya di bulan Naas ini, namun kedepan perlu juga setiap bulan digelar do’a bersama,” imbuhnya.

Masyarakat yang akan melakukan ritual mandi Safar, biasanya tidak melakukan pekerjaan lain seperti yang sering dilakukan. Mereka hanya menunggu sampai waktu mandi Safar tiba, serta menyiapkan peralatan untuk mandi Safar. Kegiatan ritual mandi Safar kadang dilakukan di tempat yang jauh dari kampung, tergantung dari kesepakatan bersama untuk melaksanakannya. Biasanya tempat yang sering dilakukan mandi Safar ini, adalah sungai yang banyak dikunjungi masyarakat. (SK-Pus)

 

banner 200x200
Follow