BATAMHEADLINEHUKRIMPOLRI

Kronologis Kejadian Bentrok di Rempang Batam

×

Kronologis Kejadian Bentrok di Rempang Batam

Sebarkan artikel ini
Kapolsek Galang, IPTU Alex Yasral. (Foto : Ist)

BATAM — Bentrokan antara warga Pulau Rempang dan karyawan PT Makmur Elok Graha (PT MEG) pecah setelah diduga dipicu oleh provokasi yang disebarkan oleh oknum masyarakat.

Kapolsek Galang, IPTU Alex Yasral, mengungkapkan bahwa informasi tidak benar yang disebarkan oknum tersebut menuduh PT MEG melakukan tindakan sewenang-wenang, sehingga mendorong warga untuk melakukan aksi anarkistis di fasilitas perusahaan.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

“Ada oknum yang memancing situasi dengan menyebarkan informasi kepada warga bahwa PT MEG bertindak semena-mena terhadap lahan yang mereka kelola. Oknum itu juga mengklaim sebagai pemilik lahan dan berjanji akan menghibahkan tanah tersebut kepada warga,” ungkap Alex pada Sabtu (21/9/2024). Saat ini, pihak kepolisian sedang melakukan penyelidikan untuk mengungkap siapa oknum di balik penyebaran informasi provokatif tersebut.

Ketegangan semakin meningkat ketika klaim oknum tersebut dipercayai oleh sebagian warga. Mereka percaya bahwa tanah yang dikelola oleh PT MEG sebenarnya milik mereka melalui hibah, meskipun Badan Pengusahaan (BP) Batam telah menyelesaikan pembayaran hak atas lahan tersebut dan menyerahkan pengelolaannya kepada PT MEG.

Bentrok antara warga dan karyawan PT MEG terjadi saat sekira 50 warga Rempang mendatangi lahan yang dikelola perusahaan pada Rabu (18/9/2024). Menurut Kapolsek Alex, gesekan terjadi karena kurangnya komunikasi di lapangan. “Kurangnya komunikasi menyebabkan gesekan antara warga dan pihak PT MEG. Bentrokan ini menyebabkan korban di kedua belah pihak, dan saat ini masing-masing pihak sedang menempuh jalur hukum,” jelas Alex.

Alex juga menegaskan bahwa secara umum situasi di Pulau Rempang masih kondusif, namun adanya pihak-pihak yang menggiring opini agar terjadi kondisi yang panas menyebabkan ketegangan. “Situasi sebenarnya aman, tapi ada pihak-pihak tertentu yang memanas-manasi hingga menimbulkan masalah seperti ini,” tegasnya.

Bentrokan ini mengakibatkan tiga karyawan PT MEG mengalami luka-luka. Direktur Utama PT MEG, Nuraini Setiawati, mengatakan bahwa para karyawan terpaksa membela diri setelah diserang oleh warga. “Akibat tindak kekerasan tersebut, Hardin mengalami luka dalam dan retak rahang, Afrizal menderita luka di bawah mata hingga penglihatannya kabur, dan Franklin mengalami luka di kepala,” ungkap Nuraini.

Berdasarkan foto yang beredar, Franklin mengalami luka terbuka di kepala akibat benturan benda keras, sedangkan Afrizal mengalami luka parah di sekitar mata. Ketiga karyawan tersebut dirawat di rumah sakit selama tiga hari untuk mendapatkan perawatan intensif.

Nuraini menjelaskan bahwa PT MEG telah diberi mandat oleh BP Batam untuk mengelola lahan di kawasan Rempang, yang sebagian telah diserahkan oleh warga kepada perusahaan. Lahan tersebut digunakan untuk program ketahanan pangan dan pemberdayaan masyarakat. Namun, pada hari kejadian, puluhan warga mendatangi lahan dan meminta PT MEG untuk meninggalkan lokasi.

“Kami menolak permintaan tersebut karena warga yang meminta kami pergi bukanlah pihak yang berhak atas lahan itu,” kata Nuraini. Ketegangan memuncak ketika jumlah warga terus bertambah hingga lebih dari 50 orang, dengan beberapa di antaranya membawa kayu dan bertindak anarkistis. Konflik pun tak terhindarkan, dan PT MEG terpaksa membela diri saat merasa keselamatannya terancam.

Dalam insiden ini, seorang warga bernama Nek Awe alias Hawa juga mengalami cedera. Namun, Nuraini menegaskan bahwa pihak PT MEG tidak melakukan kekerasan terhadap warga tersebut.

Saat ini, baik warga maupun PT MEG sedang menempuh jalur hukum terkait insiden bentrokan ini. Pihak kepolisian terus melakukan investigasi untuk memastikan bahwa para pelaku provokasi yang memicu konflik ini dapat segera diidentifikasi dan diproses sesuai hukum. ***

banner 200x200
Follow